Gubernur Groundbreaking Proyek Miliaran Dolar di Maloy
09 Mei 2017
Admin Website
Berita Daerah
4423
MALOY. Bertambah lagi proyek strategis yang
diresmikan pembangunannya oleh Gubernur Kaltim Dr H Awang Faroek Ishak
di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Maloy Batuta Trans Kalimantan (KEK MBTK)
di Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur.
Jumat (5/5) kemarin, proyek strategis yang diresmikan pembangunannya oleh gubernur yakni Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Maloy 2x30 MW, pabrik CPO dan pabrik ethanol.
Pembangunan PLTU Maloy dan jaringan listrik dilakukan oleh PT Maloy Energi Investama, PT Moa Maju Kreasi Utama, PT Maloy Niaga PLTU 1 dan PT Maloy Niaga PLTU 2. PLTU ini nantinya akan memanfaatkan potensi batubara sebagai bahan baku pembangkit yang disuplai PT Moa Maju Kreasi Utama.
Sementara pabrik ethanol ProConne GmbH Swiss yang akan dikembangkan berkapasitas produksi 240 ribu ton pertahun memanfaatkan batubara berkalori rendah.
Sedangkan pabrik crude palm oil (CPO) dibangun PT Kaltim Agro Mina Nusantara (KAMN) bekerjasama dengan PT IPS sebagai penyuplai kelapa sawitnya.
Melalui KAMN seluruh CPO yang dihasilkan pabrik kelapa sawit akan diolah menjadi berbagai produk turunan kelapa sawit.
Khusus proyek PLTU, pihak investor telah menyiapkan investasi senilai US$ 500 juta untuk kapasitas terpasang 2 x 125 MW. Sementara untuk tahap awal akan dibangun pembangkit berkapasitas 2x30 MW dengan investasi US$ 100 juta.
Sedangkan pembangunan pabrik ethanol untuk pengolahan pemurnian batubara kadar rendah disiapkan dana investasi senilai US$ 800 juta oleh investor dari Jerman.
Dalam kesempatan itu, Gubernur Awang Faroek Ishak sangat bersyukur karena secara bertahap banyak investor yàng masuk ke Kawasan Ekonomi Khusus Maloy Batuta Trans Kalimantan.
Menurut Awang, KEK disiapkan pemerintah untuk pengembangan kegiatan usaha industri kearah hilirisasi dan Maloy merupakan kawasan yang potensial bagi pemilik modal untuk berinvestasi.
"Selama 13 tahun saya perjuangkan kawasan ini dan saat ini sudah menunjukkan kemajuan yang baik. Dimana banyak investor mulai masuk dan membangun pabrik-pabrik untuk industrialisasi," ungkapnya.
Awang menjelaskan pembangunan PLTU merupakan salah satu sarana penunjang terhadap pengembangan kawasan industri ini.
Utamanya untuk menjamin ketersediaan pasokan listrik bagi kegiatan usaha industrialisasi maupun kegiatan usaha lainnya di KEK termasuk pasokan listrik untuk masyarakat sekitar.
Sedangkan pembangunan pabrik ethanol adalah untuk memaksimalkan pemanfaatan batubara kalori rendah agar bernilai ekonomi tinggi. Di sisi lain serapan tenaga kerja pasti akan lebih besar.
"Kaltim memiliki potensi batubara kadar rendah yang belum termanfaatkan secara baik maka dengan terbangunnya pabrik ini maka semua batubara dapat diolah menjadi ethanol," jelas Awang.
Setelah dibangunnya industri pengolahan CPO dan turunannya ini maka selanjutnya tidak boleh lagi ada perusahaan yang mengirim CPO ke luar daerah. Semua harus diolah menjadi produk bernilai tambah.
Gubernur memastikan Juni ini seluruh perijinan bagi investor yang membangun PLTU, pabrik CPO maupun ethanol sudah selesai dengan memanfaatkan fasilitas KLIK (kemudahan langsung investasi konstruksi) untuk investasi di kawasan ekonomi khusus.
Hadir pada acara tersebut Bupati Kutai Timur H Ismunandar dan Wakil Bupati Kasmidi Bulang serta Ketua DPRD Kutim Mahyunandi. Tampak perwakilan Dewan Ekonomi Khusus Nasional yang juga pejabat Kementerian Koordinator Perekonomian Bambang Widjanarko dan Asisten Perekonomian Administrasi Pembangunan H Ichwansyah serta Dirut Perusda MBS Agus Dwi Tarto dan pimpinan OPD lingkup Pemprov Kaltim. (yans/sul/humasprov)
SUMBER : HUMAS PROV. KALTIM
Jumat (5/5) kemarin, proyek strategis yang diresmikan pembangunannya oleh gubernur yakni Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Maloy 2x30 MW, pabrik CPO dan pabrik ethanol.
Pembangunan PLTU Maloy dan jaringan listrik dilakukan oleh PT Maloy Energi Investama, PT Moa Maju Kreasi Utama, PT Maloy Niaga PLTU 1 dan PT Maloy Niaga PLTU 2. PLTU ini nantinya akan memanfaatkan potensi batubara sebagai bahan baku pembangkit yang disuplai PT Moa Maju Kreasi Utama.
Sementara pabrik ethanol ProConne GmbH Swiss yang akan dikembangkan berkapasitas produksi 240 ribu ton pertahun memanfaatkan batubara berkalori rendah.
Sedangkan pabrik crude palm oil (CPO) dibangun PT Kaltim Agro Mina Nusantara (KAMN) bekerjasama dengan PT IPS sebagai penyuplai kelapa sawitnya.
Melalui KAMN seluruh CPO yang dihasilkan pabrik kelapa sawit akan diolah menjadi berbagai produk turunan kelapa sawit.
Khusus proyek PLTU, pihak investor telah menyiapkan investasi senilai US$ 500 juta untuk kapasitas terpasang 2 x 125 MW. Sementara untuk tahap awal akan dibangun pembangkit berkapasitas 2x30 MW dengan investasi US$ 100 juta.
Sedangkan pembangunan pabrik ethanol untuk pengolahan pemurnian batubara kadar rendah disiapkan dana investasi senilai US$ 800 juta oleh investor dari Jerman.
Dalam kesempatan itu, Gubernur Awang Faroek Ishak sangat bersyukur karena secara bertahap banyak investor yàng masuk ke Kawasan Ekonomi Khusus Maloy Batuta Trans Kalimantan.
Menurut Awang, KEK disiapkan pemerintah untuk pengembangan kegiatan usaha industri kearah hilirisasi dan Maloy merupakan kawasan yang potensial bagi pemilik modal untuk berinvestasi.
"Selama 13 tahun saya perjuangkan kawasan ini dan saat ini sudah menunjukkan kemajuan yang baik. Dimana banyak investor mulai masuk dan membangun pabrik-pabrik untuk industrialisasi," ungkapnya.
Awang menjelaskan pembangunan PLTU merupakan salah satu sarana penunjang terhadap pengembangan kawasan industri ini.
Utamanya untuk menjamin ketersediaan pasokan listrik bagi kegiatan usaha industrialisasi maupun kegiatan usaha lainnya di KEK termasuk pasokan listrik untuk masyarakat sekitar.
Sedangkan pembangunan pabrik ethanol adalah untuk memaksimalkan pemanfaatan batubara kalori rendah agar bernilai ekonomi tinggi. Di sisi lain serapan tenaga kerja pasti akan lebih besar.
"Kaltim memiliki potensi batubara kadar rendah yang belum termanfaatkan secara baik maka dengan terbangunnya pabrik ini maka semua batubara dapat diolah menjadi ethanol," jelas Awang.
Setelah dibangunnya industri pengolahan CPO dan turunannya ini maka selanjutnya tidak boleh lagi ada perusahaan yang mengirim CPO ke luar daerah. Semua harus diolah menjadi produk bernilai tambah.
Gubernur memastikan Juni ini seluruh perijinan bagi investor yang membangun PLTU, pabrik CPO maupun ethanol sudah selesai dengan memanfaatkan fasilitas KLIK (kemudahan langsung investasi konstruksi) untuk investasi di kawasan ekonomi khusus.
Hadir pada acara tersebut Bupati Kutai Timur H Ismunandar dan Wakil Bupati Kasmidi Bulang serta Ketua DPRD Kutim Mahyunandi. Tampak perwakilan Dewan Ekonomi Khusus Nasional yang juga pejabat Kementerian Koordinator Perekonomian Bambang Widjanarko dan Asisten Perekonomian Administrasi Pembangunan H Ichwansyah serta Dirut Perusda MBS Agus Dwi Tarto dan pimpinan OPD lingkup Pemprov Kaltim. (yans/sul/humasprov)
SUMBER : HUMAS PROV. KALTIM