Melirik Potensi Perkebunan Kelapa di Penajam Paser Utara
19 Desember 2013
Admin Website
Berita Daerah
7494
PENAJAM.Pemasaran buah kelapa di wilayah Kaltim diprediksikan masih sangat potensial, dan perlu digarap maksimal.
Indikatornya, petani perkebunan kelapa di Penajam Paser Utara hingga kini merasa kewalahan, dan belum mampu memenuhi kuota permintaan pasar kelapa di beberapa pasar, termasuk di Kota Balikpapan.
H Kallo, salah satu pengusaha yang bergerak di bidang jual beli kelapa di Nenang, Kecamatan Penajam, Penajam Paser Utara secara berkala mengirimkan sedikitnya 12.000 buah kelapa ke Balikpapan, namun permintaan masih terus berdatangan.
“Hampir setiap minggu saya mengirim buah kelapa ke pasar di Klandasan, Balikpapan Selatan. Jumlahnya sekali kirim di atas 1.000 buah. Tetapi, permintaan pasar melebihi kapasitas kemampuan pengiriman saya,” kata H Kallo.
Dia mengungkapkan, ribuan kelapa yang dikirim ke Balikpapan melalui kapal merupakan hasil perkebunan yang dimilikinya. Pria perantauan dari Sulawesi Selatan yang sudah lama menetap di Penajam Paser Utara itu memiliki puluhan hektare kebun kelapa. “Harga buah kelapa cukup bagus saat ini. Untuk buah kelapa yang tua harganya Rp 3.000 per buah, dan kelapa muda Rp 5.000 per buah. Harga khusus kelapa muda biasanya naik saat Ramadan atau jelang Tahun Baru,” ujarnya.
Dijumlahkan dari setiap pengiriman yang rata-rata 12.000 buah setiap kali kirim, Kallo yang juga pemilik Hotel Kalimantan di Nenang itu mengantongi Rp 36 juta sampai Rp 60 juta dalam setiap pengiriman buah kelapa.
Dibandingkan dengan penghasilan hotel yang huniannya masih sepi, pendapatan dari penjualan kelapa saat ini mengalahkan penghasilan hotel,” kata Kallo sembari tertawa.
Seperti diketahui, H Kallo ini memiliki sebuah hotel melati di Penajam yang dinamai Hotel Kalimantan. Karena permintaan pasar yang selalu besar, lanjut dia, ia mengharapkan agar pemerintah daerah memberi perhatian terhadap kelangsungan para petani perkebunan kelapa. Saat ini, katanya lagi, petani perkebunan kelapa sawit masih membiarkan tanaman kelapa tumbuh liar tanpa perawatan memadai.
“Dinas Pertanian bisa turun tangan dengan memberi semacam penyuluhan dan optimalisasi produksi perkebunan kelapa. Apalagi, luasan kebun kelapa di daerah kita ini sangat luas, dan perlu pembinaan saja,” jelasnya.
Data diperoleh media ini dari Direktorat Pengembangan Potensi Daerah Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) yang update September 2013 memperlihatkan belum maksimalnya pemanfaatan lahan di Kaltim untuk pengembangan komoditas kelapa.
Misalnya, Penajam Paser Utara saja hingga pada penghujung 2013 ini luas lahan yang sudah digunakan untuk pengembangan kelapa hanya 5.041 hektare. Jumlah ini relatif belum memadai dibandingkan dengan luas areal pertanian kebun kelapa yang bisa digarap.
DIKUTIP DARI KALTIM POST, RABU, 18 DESEMBER 2013
Indikatornya, petani perkebunan kelapa di Penajam Paser Utara hingga kini merasa kewalahan, dan belum mampu memenuhi kuota permintaan pasar kelapa di beberapa pasar, termasuk di Kota Balikpapan.
H Kallo, salah satu pengusaha yang bergerak di bidang jual beli kelapa di Nenang, Kecamatan Penajam, Penajam Paser Utara secara berkala mengirimkan sedikitnya 12.000 buah kelapa ke Balikpapan, namun permintaan masih terus berdatangan.
“Hampir setiap minggu saya mengirim buah kelapa ke pasar di Klandasan, Balikpapan Selatan. Jumlahnya sekali kirim di atas 1.000 buah. Tetapi, permintaan pasar melebihi kapasitas kemampuan pengiriman saya,” kata H Kallo.
Dia mengungkapkan, ribuan kelapa yang dikirim ke Balikpapan melalui kapal merupakan hasil perkebunan yang dimilikinya. Pria perantauan dari Sulawesi Selatan yang sudah lama menetap di Penajam Paser Utara itu memiliki puluhan hektare kebun kelapa. “Harga buah kelapa cukup bagus saat ini. Untuk buah kelapa yang tua harganya Rp 3.000 per buah, dan kelapa muda Rp 5.000 per buah. Harga khusus kelapa muda biasanya naik saat Ramadan atau jelang Tahun Baru,” ujarnya.
Dijumlahkan dari setiap pengiriman yang rata-rata 12.000 buah setiap kali kirim, Kallo yang juga pemilik Hotel Kalimantan di Nenang itu mengantongi Rp 36 juta sampai Rp 60 juta dalam setiap pengiriman buah kelapa.
Dibandingkan dengan penghasilan hotel yang huniannya masih sepi, pendapatan dari penjualan kelapa saat ini mengalahkan penghasilan hotel,” kata Kallo sembari tertawa.
Seperti diketahui, H Kallo ini memiliki sebuah hotel melati di Penajam yang dinamai Hotel Kalimantan. Karena permintaan pasar yang selalu besar, lanjut dia, ia mengharapkan agar pemerintah daerah memberi perhatian terhadap kelangsungan para petani perkebunan kelapa. Saat ini, katanya lagi, petani perkebunan kelapa sawit masih membiarkan tanaman kelapa tumbuh liar tanpa perawatan memadai.
“Dinas Pertanian bisa turun tangan dengan memberi semacam penyuluhan dan optimalisasi produksi perkebunan kelapa. Apalagi, luasan kebun kelapa di daerah kita ini sangat luas, dan perlu pembinaan saja,” jelasnya.
Data diperoleh media ini dari Direktorat Pengembangan Potensi Daerah Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) yang update September 2013 memperlihatkan belum maksimalnya pemanfaatan lahan di Kaltim untuk pengembangan komoditas kelapa.
Misalnya, Penajam Paser Utara saja hingga pada penghujung 2013 ini luas lahan yang sudah digunakan untuk pengembangan kelapa hanya 5.041 hektare. Jumlah ini relatif belum memadai dibandingkan dengan luas areal pertanian kebun kelapa yang bisa digarap.
DIKUTIP DARI KALTIM POST, RABU, 18 DESEMBER 2013