(0541)736852    (0541)748382    [email protected]

Gula Merah Kesulitan Pemasaran

18 Oktober 2010 Admin Website Artikel 5092
PENAJAM, KALTIM POST. Sebanyak 30 pengrajin gula merah kelapa di Kelurahan Tanjung Tengah, Keamatan Penajam, Kabupaten Penajam Paser Utara mengalami kesulitan pemasaran hasil produksi mereka.
Hal ini diungkapkan Muroji, salah satu pengrajin gula merah kelapa saat ditemui di rumahnya Jl Berebere RT 08 Tanjung Tengah, Penajam, Penajam Paser Utara, kemarin.
Menurutnya, gula merah yang dihasilkannya bersama-sama temannya itu diborong oleh tengkulak  berasal dari daerah lain. Harganya masih sangat murah, apalagi yang mengambil gula itu para tengkulak, maka dengan mudah mereka mempermainkan harga.
Ditambahkannya, selain gula merah untuk bahan baku pembuatan kue dan minuman, kelompoknya juga mendapat pelatihan membuat gula semut rasa jahe dari instruktur pelatihan IKM Kementerian Perindustrian RI bekerjasama Dinas Perindustrian, UKM, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Penajam Paser Utara.
Hanya saja, pelatihan hanya masih sebatas meningkatkan kemampuan warga.
Sedangkan persoalan harga masih tergantung pasar. “Harga penjualan dari pembuat gula kepada tengkulak sekarang hanya Rp 5.500, sementara tengkulak dapat menjual seharga Rp 16.500, kepada para pedagang di Balikpapan, Tanah Grogot atau daerah lain,” ungkap Muroji.
 
Memang, menurt dia, harga yang dirasakan sekarang sangat tidak wajar bila dibandingkan dengan harga penjualan oleh tungkulak. Ia dan kawan-kawan sangat mengharapkan ada instansi atau badan usaha yang dapat menampung hasil produksi mereka.
 
Hal itu, didasarkan atas biaya produksi yang cukup tinggi, seperti mulai sulitnya kayu untuk bahan bakar memasak bahan baku gula tersebut, dan sarana angkut yang belum memadai yang dimiliki pengrajin gula merah kelapa.
 

“Tak hanya itu, sulitnya mendapatkan air bersih yang higienis untuk mencuci peralatan produksi dan pengrajin juga membutuhkan bak yang cukup besar, untuk penampungan air bersih yang hingga kini belum dimiliki,” tuturnya.

 

DIKUTIP DARI KALTIM POST, SENIN, 18 OKTOBER 2010

Artikel Terkait