Pendirian Industri Kakao Sudah Mendesak
18 Desember 2007
Admin Website
Artikel
3780
Joko S Gabriel dari Universitas Indonesia, yang melakukan persentase Draft Rencana Induk Pengembangan Industri Kabupaten Nunukan 2008-2012 di Kantor Bupati Nunukan beberapa waktu lalu mengungkapkan, kualitas biji kakao akan lebih baik merupakan salah satu nilai tambah yang dihasilkan.
?Pendapatan petani juga akan meningkat. Tenaga kerja dapat lebih banyak terserap dan pendapatan daerah pun akan meningkat,? ungkapnya.
Ia menambahkan, estimasi harga di tingkat petani adalah Rp 25 per buah kakao. Kemudian estimasi untuk biji kakao basah Rp 400 per kilogram dan Rp 1.250-1.350 per kilogram untuk biji kering.
Kabupaten Nunukan, lanjutnya, dapat menjadi salah satu sentra industri pengolahan buah kakao yang berkualitas dan mampu memenuhi kebutuhan ekspor secara berkelanjutan dan kompetitif.
Selain itu, bisa memberdayakan dan mendukung pengembangan industri skala usaha mikro, kecil dan menengah berbasis buah kakao. Ini agar mampu mengelola usaha secara sehat dan berkelanjutan, dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat dan memenuhi kebutuhan produk dari pohon kakao, khususnya untuk kebutuhan ekspor.
Sedangkan tujuan pengembangan industri kakao di Kabupaten Nunukan di antaranya, meningkatkan nilai tambah biji kakao yang dihasilkan petani dari biji kakao basah menjadi biji kakao kering (fermentasi).
?Mendirikan industri pengolahan kakao dengan skala kecil dan mengenah, serta meningkatkan produk ekspor kakao dalam bentuk kakao olahan dengan target, mengolah 20-40 ribu buah kakao pada tahun 2012,? terangnya.
Jenis produk dari kakao yang diprioritaskan dalam 5 tahun kedepan adalah kakao bubuk dan lemak, pengolahan biji kakao menjadi kakao konsentrat dan biji kakao menjadi essence. Sementara limbah kakao berupa kulit buah dan pulp akan dijual ke daerah-daerah yang memiliki industri pakan ternak.
Kasubdin Perdagangan Disperindagkop Kabupaten Nunukan Ilham Zain mengatakan, dengan pengembangan industri kakao yang terencana dengan baik, diharapkan hasil yang diperoleh baik pula.
?Sayang rasanya, hasil kebun seperti kakao yang banyak ditemukan di Kabupaten Nunukan, harus dibeli negara lain dengan harga yang sangat murah. Jika kita bisa mengolahnya lebih baik, pasti harganya bisa jauh lebih tinggi lagi,? ujarnya optimis.
DIKUTIP DARI KALTIM POST, JUMAT, 14 DESEMBER 2007