Teken PTA dengan Pakistan, RI Siap Genjot Ekspor CPO
05 Februari 2012
Admin Website
Artikel
3864
JAKARTA. Indonesia dan Pakistan resmi menandatangani perdagangan bebas terbatas
atau Preferential Trade Agreement (PTA). Bagi Indonesia, adanya PTA ini
akan membangkitkan kembali kinerja ekspor sawit mentah (CPO) ke Pakistan
yang selama ini rontok karena kalah bersaing.
Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengatakan volume perdagangan CPO Indonesia di Pakistan sebelumnya sempat mencapai rekor tertinggi US$ 550 juta.
Namun sekarang ini di bawah US$ 100 juta atau turun hampir 75%. Penurunan ini karena Pakistan telah melakukan PTA lebih dulu dengan Malaysia, sehingga CPO Negeri Jiran itu mendapat pajak impor yang rendah sementara Indonesia sebaliknya.
"Saya kira itu yang kita harapkan kembali US$ 500 lagi. Berarti kita bisa meningkatkan ekspor kita ke Pakistan yang sekarang itu sudah US$ 1 miliar, bisa lah hampir US$ 1,5-1,6 miliar," kata Mendag Gita Wirjawan usai acara penandatangan PTA, di kantornya, Jumat (3/2/2012)
Gita menambahkan pelaksanaan efektif PTA dengan Pakistan berlaku setelah kedua negara melakukan ratifikasi beberapa bulan kedepan. Rencananya dalam jangka panjang PTA ini akan ditingkatkan menjadi Free Trade Agreement (FTA) bilateral.
"Tentu ini melalui proses, apalagi domestik proses Indonesia dengan harus diratifikasi dulu kemudian bahwa apa yang kita sudah lakukan dan kita implementasikan. Kira-kira 3-4 bulan proses paling lama," katanya.
Selain tarif CPO yang lebih rendah pasca PTA dengan Pakistan, sebaliknya Pakistan akan menikmati fasilitas lebih rendah bagi produk-produknya antaralain yang fenomenal adalah jeruk kino. Dalam perundingan kedua negara, Indonesia berhasil untuk mendapatkan sekitar 287 tarif yang diminta dan Indonesia memberikan 281 tarif kepada Pakistan.
"Balance of trade kita, kita selalu surplus dengan karna faktor palm oil yang membuat surplus besar. Yang lainnya ada market seperti pohon pinang, gambir, sepatu kemudian paper, kertas," katanya.
Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengatakan volume perdagangan CPO Indonesia di Pakistan sebelumnya sempat mencapai rekor tertinggi US$ 550 juta.
Namun sekarang ini di bawah US$ 100 juta atau turun hampir 75%. Penurunan ini karena Pakistan telah melakukan PTA lebih dulu dengan Malaysia, sehingga CPO Negeri Jiran itu mendapat pajak impor yang rendah sementara Indonesia sebaliknya.
"Saya kira itu yang kita harapkan kembali US$ 500 lagi. Berarti kita bisa meningkatkan ekspor kita ke Pakistan yang sekarang itu sudah US$ 1 miliar, bisa lah hampir US$ 1,5-1,6 miliar," kata Mendag Gita Wirjawan usai acara penandatangan PTA, di kantornya, Jumat (3/2/2012)
Gita menambahkan pelaksanaan efektif PTA dengan Pakistan berlaku setelah kedua negara melakukan ratifikasi beberapa bulan kedepan. Rencananya dalam jangka panjang PTA ini akan ditingkatkan menjadi Free Trade Agreement (FTA) bilateral.
"Tentu ini melalui proses, apalagi domestik proses Indonesia dengan harus diratifikasi dulu kemudian bahwa apa yang kita sudah lakukan dan kita implementasikan. Kira-kira 3-4 bulan proses paling lama," katanya.
Selain tarif CPO yang lebih rendah pasca PTA dengan Pakistan, sebaliknya Pakistan akan menikmati fasilitas lebih rendah bagi produk-produknya antaralain yang fenomenal adalah jeruk kino. Dalam perundingan kedua negara, Indonesia berhasil untuk mendapatkan sekitar 287 tarif yang diminta dan Indonesia memberikan 281 tarif kepada Pakistan.
"Balance of trade kita, kita selalu surplus dengan karna faktor palm oil yang membuat surplus besar. Yang lainnya ada market seperti pohon pinang, gambir, sepatu kemudian paper, kertas," katanya.
DIKUTIP DARI DETIK ONLINE, JUMAT, 3 PEBRUARI 2012